[DUNIA KERJA] : "Tips Menjawab Pertanyaan Mengenai Gaji Saat Wawancara Kerja "
Menjawab
Pertanyaan Mengenai Gaji Saat Wawancara Kerja memang dapat di bilang
gampang-gampang susah. Untuk itu banyak para calon pegawai di sebuah perusahaan
menyiapkan jawaban yang sering di tanyakan saat wawancara kerja atau interview
mengenai berapa gaji yang diinginkan.
Pertanyaan mengenai gaji saat wawancara sudah lazim dan memang sering ditanyakan oleh interviewer (si pewawancara). Saya juga pernah di tanyakan demikian saat wawancara kerja, kira-kira pertanyaannya "Berapa gaji yang kamu inginkan?" kemudian saya menjawab dengan lugu dan polos dan dengan muka sedikit kecut (kebingungan) "saya percaya perusahaan telah mengatur mengenai gaji karyawan berdasarkan fungsi, tugas serta tanggung jawab. Untuk itu saya serahkan kepada perusahaan".
Yang menjadi permasalahannya adalah apakah jawaban saya itu sudah tepat atau kurang tepat?. Untuk itu saya ingin share kepada sobat ALC mengenai ini.
Pertanyaan mengenai gaji saat wawancara sudah lazim dan memang sering ditanyakan oleh interviewer (si pewawancara). Saya juga pernah di tanyakan demikian saat wawancara kerja, kira-kira pertanyaannya "Berapa gaji yang kamu inginkan?" kemudian saya menjawab dengan lugu dan polos dan dengan muka sedikit kecut (kebingungan) "saya percaya perusahaan telah mengatur mengenai gaji karyawan berdasarkan fungsi, tugas serta tanggung jawab. Untuk itu saya serahkan kepada perusahaan".
Yang menjadi permasalahannya adalah apakah jawaban saya itu sudah tepat atau kurang tepat?. Untuk itu saya ingin share kepada sobat ALC mengenai ini.
Menjawab
Pertanyaan Mengenai Gaji Saat Wawancara Kerja
Ketika
melamar kerja, kandidat karyawan akan menghadapi sesi wawancara. Ini bagian
yang sangat menentukan, apakah bisa diterima atau tidak setelah mengetahui standar
kualifikasinya. Negosiasi gaji ada pada sesi ini. Apa yang mesti dilakukan?
“Dalam proses wawancara, perusahaan akan mencari orang paling tepat atau paling
mendekati sesuai ‘kebutuhan’ perusahaan.
Seseorang diterima atau tidak bukan karena bodoh atau tidak bodoh, mampu atau tidak mampu. Paling utama adalah kandidat tersebut tepat atau tidak dengan kebutuhan perusahaan,” kata Ami Siamsidar, Konsultan Psikologi Senior pada Dr Sarlito & Co. Bisa jadi, ada kandidat sangat cerdas atau memiliki kemampuan lebih, tapi justru tidak diterima lantaran melebihi kualifikasi perusahaan.
Seseorang diterima atau tidak bukan karena bodoh atau tidak bodoh, mampu atau tidak mampu. Paling utama adalah kandidat tersebut tepat atau tidak dengan kebutuhan perusahaan,” kata Ami Siamsidar, Konsultan Psikologi Senior pada Dr Sarlito & Co. Bisa jadi, ada kandidat sangat cerdas atau memiliki kemampuan lebih, tapi justru tidak diterima lantaran melebihi kualifikasi perusahaan.
Permintaan
besarnya gaji juga menjadi pertimbangan apakah kandidat ini tepat atau tidak.
“Sebab selain disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, penerimaan tenaga kerja
juga disesuaikan dengan kemampuan perusahaan,” kata Ami. Pembicaraan besaran
gaji biasanya dilakukan di akhir wawancara. “Di sini biasanya perusahaan akan
menanyakan gaji yang diminta kandidat. Tapi bisa juga luput dari pertanyaan.
Atau, justru itu trik untuk tidak ditanyakan akibat saking tertariknya atau
sebaliknya, tidak tertarik pada kandidat,” jelasnya.
Perihal gaji
ini, kandidat boleh saja menanyakan langsung mengenai plafon perusahaan,
kira-kira berapa imbalan yang akan diterimanya jika sudah bekerja. “Dengan bahasa
standar, pertanyaan tersebut bukan sesuatu yang mengejutkan bagi pewawancara.
Jadi wajar saja menanyakan standardisasi gaji perusahaan,” katanya. Justru
dengan bertanya demikian, kandidat akan mudah mempertimbangkan nilai gaji yang
diinginkan. Idealnya, lanjut Ami, seorang kandidat (berpengalaman kerja) telah
memiliki standardisasi gaji. Semua dipertimbangkan sesuai kemampuan kerja dan
referensi yang dimiliki, hingga bisa menentukan berapa minimal gaji yang
seharusnya didapat.
“Kita harus
punya kisaran gaji kira-kira berapa, dan bermainlah dalam kisaran tersebut.
Jangan berspekulasi dan mencoba-coba menyampaikan permintaan gaji di atas atau
di bawah kisaran,” ujar psikolog yang juga aktivis LSM ini. Menurut Ami,
menentukan standar gaji bagi diri sendiri adalah lebih realistis dibanding
berspekulasi atau bermain-main dengan nilai. Ukur besarnya gaji yang diminta
sesuai kemampuan kerja. Jangan sembarang menetapkan nilai, tapi sampaikan
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan pribadi: kemampuan kerja, referensinya
bagaimana, dengan memperbandingkan dari sejumlah informasi. “Itu jauh lebih
mudah diterima,” tandasnya.
Kembali
lagi, yang paling aman adalah menanyakan bujet yang ditawarkan untuk jabatan
yang dilamar. “Di situ kita bisa melihat apakah ancer-ancer yang sudah kita
persiapkan jauh di bawah standar atau di atas standar. Jadi kita bisa tahu
peluangnya,” jelas Ami. Dalam menyampaikan gaji sesuai keinginan, kita juga
harus mempertimbangkan kebutuhan kita untuk transportasi dan uang makan. Berapa
jumlah yang dibutuhkan di luar gaji pokok?
Untuk itu,
Ami menuturkan, saat ada panggilan wawancara, segera perhitungkan ongkos
transportasi dan makan. Jangan sampai salah hitung hingga belakangan baru kaget
gajinya terlalu kecil, lalu baru sebulan memilih mundur. “Itu tidak fair,
karena perusahaan mencari tenaga dengan harapan bisa mendapatkan tenaga kerja
jangka panjang,” jelasnya.
Selain
besaran gaji, bisa juga ditanya dengan rileks soal tunjangan yang bakal didapat
selama bekerja. Misalkan, tunjangan kesehatan. Untuk permintaan tunjangan ini,
kandidat berpengalaman kerja bisa bercermin dari perusahaan sebelumnya.
Sebaliknya bagi yang belum perpengalaman, bisa tanya-tanya dulu soal poin-poin
tunjangan yang biasanya diberikan perusahaan tersebut apa saja.
“Jangan
dipukul rata semua perusahaan bisa memberikan tunjangan-tunjangan demikian,”
katanya.
Terkait
permintaan gaji dan tunjangan ini, Kepala BSI Career Center, Kampus Bina Sarana
Informatika (BSI) Heri Kuswara berpendapat, kandidat belum berpengalaman sebaiknya
tidak menyampaikan nilai gaji yang diminta.
“Fresh
graduate tidak puya nilai jual. Sebesar apapun kompetensinya, tetap saja belum
pernah diimplementasikan di dunia kerja. Belum pernah diketahui berapa besar
kontribusinya di dunia kerja. Jadi jangan sampai menyampaikan nilai gaji yang
dinginkan,” kata Heri Kuswara.
Lalu
bagaimana jika ada pertanyaan berapa gaji yang diminta? “Jawab saja: Saya yakin
perusahaan akan memberikan yang terbaik kepada saya ketika saya memberikan
kontribusi terbaik pada perusahaan,” ujar dosen di BSI ini.
Tetapi
biasanya di sini kandidat terjebak karena dipaksa menyebutkan nilai gaji. Di
sinilah kandidat perlu mengetahui standardisasi gaji di daerah. Misalnya untuk
lulusan SMA di Jabodetabek Rp 1,3 juta ke atas (sesuai UMP), D-3 Rp 1,5 juta ke
atas, dan S-1 adalah Rp 1,8 juta ke atas. “Boleh sebut angka minimum atau lebih
sedikit di atasnya,” kata dosen yang mengelola lembaga persiapan dan penempatan
karier mahasiswa/alumni Kampus BSI.
Kandidat
juga perlu memahami profile company perusahaan, karena ada perusahaan yang
memang memberikan gajitinggi dan ada yang memang standar gajinya kecil.
Semoga bermanfaat
Semoga bermanfaat
Ditulis Oleh : Unknown ~ Automotive Learning Center
Sobat sedang membaca artikel tentang [DUNIA KERJA] : "Tips Menjawab Pertanyaan Mengenai Gaji Saat Wawancara Kerja ". Oleh Admin, Sobat diperbolehkan mengcopy paste atau menyebar-luaskan artikel ini, namun jangan lupa untuk meletakkan link dibawah ini sebagai sumbernya
ThanKs ya buaT inFonya..jaDi masukan buat saya.
BalasHapusBTW..BLOGnya keren juga niy..ga ngeboringin..
Oke, makasih y sis atas kunjungannya ;)
Hapus