Sejarah Singkat PT ASTRA International
PT. ASTRA International resmi berdiri secara hukum dan disahkan dihadapan Notaris Sie Khawn Djioe pada tanggal 20 Pebruari 1957 di Jakarta, dan dalam Keputusan Menteri Kehakiman RI No. J.A./53/5 tanggal 1 Juli 1957 dan terdaftar di Paniteraan Pengadilan Negeri di Jakarta, serta diumumkan dalam tambahan No. 01117 Berita Negara RI No.85 tanggal 22 Oktober 1957.
PT. ASTRA International berawal dari sebuah niat Bapak Tjia Kian Tie untuk mendirikan sebuah perusahaan, tepatnya akhir tahun 1956 dan awal tahun 1957, dan selanjutnya pimpinan perusahaan diserahkan kepada Bapak William Soeryadjaya sementara itu Bapak Tjia Kian Tie selaku komisaris, dan kini PT. ASTRA International bukan lagi sebagai Perusahaan Perorangan tapi telah menjadi Perusahaan Publik.
Pemberian nama perusahaan dengan PT. ASTRA International mempunyai arti khusus, dengan harapan nama tersebut dapat memberikan prospek cerah dimasa mendatang. Nama “ASTRA” diambil dari nama seorang Dewi dalam mythologi Yunani Klasik bernama ‘Astrea’, anak dari Dewa Matahari Zeus yang merupakan Dewa teragung bagi bangsa Yunani Kuno.
Dewi Astrea lahir dari Dewi Themis dan hidup dalam zaman emas, menurut cerita dalam mythologi Yunani tersebut, Dewi Astrea merupakan Dewi terakhir yang menarik diri ke angkasa di mana kemudian ia bersinar sebagai bintang dalam Konstelasi Bintang Virgo.
Sedangkan nama “International” menandakan bahwa ruang lingkup usaha yang bakal dijalankan tidak hanya sekedar usaha di dalam negeri, tetapi harus mampu bersaing di tingkat dunia, untuk itu pulalah PT. ASTRA Internasional mempunyai symbol “Bola Dunia”(Globe). Namun dalam perkembangannya symbol tersebut diubah menjadi “A New Dynamic “. Pergantian ini terjadi pada tanggal 19 Oktober 1999 semasa Presdir Ibu Rini M.S. Soewandi.
Pada tanggal 19 Oktober 1999 tepatnya di lantai delapan Gedung A, Jl. Gaya Motor Raya No.8 ,Sunter-Jakarta Timur, merupakan satu pertemuan yang perlu diingat oleh seluruh jajaran direksi ASTRA Group yakni pertemuan akhir tahun saat disampaikannya President Message dan peluncuran logo baru PT. Astra International. Pada kesempatan tersebut Presdir AI Rini M.S. Soewandi pernah mengakui dengan catatan bahwa bukan berarti Astra tidak mempunyai prospek lagi.
“ Dari segi teknikal kita memang sudah dikatakan bangkrut dan sejak Agustus 1998 Astra juga tidak dapat lagi melanjutkan pembayaran cicilan pokok. Demikian pula pada bulan Oktober 1999 mulai menunda pembayaran hutang sampai disetujuinya program restrukturisasi hutang.”
Namun bukanlah Astra namanya bila harus menyerah dengan situasi perekonomian yang tidak menentu, dengan bermodalkan sumber daya manusianya dan kompetensinya di berbagai bidang, Astra harus tetap dipertahankan keberadaannya dengan cara melahirkan terobosan-terobosan baru bagi pemantapan bisnis Astra dimasa datang.
Restrukturisasi hutang selesai pertama kali dibanding dengan perusahaan besar lainnya. Ini menimbulkan kepercayaan masyarakat untuk memburu saham Astra, lonjakan harga saham cukup fantastis dari Rp.225 per saham pada tanggal 21 September 1998 menjadi sekitar Rp.3.850 setelah tanggal 23 Juni 1999. Akhirnya, masa depan Astra akan tetap baik sesuai dengan prospek bisnis yang digelutinya, yang umumnya jangka panjang.
Krisis ekonomi telah membawa Astra kearah perubahan yang mendasar, hal ini tertuang dalam lima hal sebagai filosofi dasar group Astra:
1. Astra harus lebih dinamis, berdiri kokoh dengan landasan usaha yang kuat, tetapi harus tetap dinamis dalam merespon setiap perubahan.
2. Astra adalah perusahan publik yang dimiliki oleh banyak pihak, maka Astra harus dikelola secara independen dan profesional.
3. Pengelolaan itu harus bersifat transparan dan kredibel.
4. Astra yang dinamis harus mampu lebih kritikal dalam membuat keputusan usaha dan investasi yang dilandasi oleh pengetahuan dan informasi yang kaya.
5. Untuk meningkatkan kepuasan pelanggan, Astra harus menekankan komitmen group usaha yang beroreantasi kepada penyediaan produk dan jasa yang berkualitas dan terpercaya. Astra harus lebih dikenal sebagai perusahaan yang mengutamakan kepuasan pelanggan.
Kelima hal tersebut hendaknya mewarnai setiap sikap dan tindakan karyawan dan manajemen Group Astra.
Pada tanggal 29 Januari 2001 merupakan babak baru kerjasama PT. Astra International dengan BMW AG, dimana dalam perjanjian tersebut BMW AG akan mendirikan PT. BMW Indonesia yang mulai beroperasi 1 April 2001, dalam perjanjian tersebut PT. BMW Indonesia akan memfokuskan penjualan partai besar yang meliputi penjualan Mobil, Sepeda Motor, suku cadang, aksesoris, dan perencanaan pemasaran, purna jual serta kegiatan lainnya di Indonesia. Sementara PT. Astra International hanya mengimpor mobil BMW baik secara utuh (Built-Up) maupun Terurai (Completely Knocked Down) melalui anak perusahaannya
PT. Tjahja Sakti Motor. Perjanjian ini dilakukan semasa Presdir Bp. T.P Rachmat.
Arti Symbol PT. ASTRA International
1. Globe “Bola Dunia”
“Bola Dunia berarti PT. ASTRA International akan menjadi perusahaan yang mampu berbicara ditingkat Dunia”.
2. A New Dynamic
a. Warna Biru, menggambarkan langit yang tidak berbatas, seperti juga kemampuan dan kesempatan ASTRA yang tidak terbatas
b. Empat sudut yang merupakan dasar dari logo, melambangkan falsafah ASTRA: Catur Darma.
c. Garis lengkung bumi menggambarkan semangat ASTRA untuk “go global” dengan mengembangkan kemampuaan yang telah kita miliki selama ini.
d. Bintang berekor yang terus menerus menjelajahi langit melambangkan semangat ASTRA dalam menjelajahi dunia usaha dan melakukan inisiatif-inisiatif baru untuk meningkatkan pelayanan ASTRA kepada pelanggannya.
Struktur Organisasi PT. Astra International
*) klik untuk memperbesar gambar
Perkembangan dan Kegiatan Usaha
Awalnya tidak ada yang menyangka bahwa “ASTRA” akan menjadi perusahaan besar yang mempunyai jaringan usaha yang luas seperti saat ini. Berawal dari usaha perdagangan umum dan ekspor hasil pertanian. Komoditi yang di ekspor Astra pada lima tahun pertama dititik beratkan pada rempah-rempahan, kopra, lada, minyak akar wangi, dan minyak kenanga. Sedangkan dibidang perdagangan umum menyalurkan beras, barang P&D seperti limun dan makanan kaleng, juga berdagang bahan bangunan, peralatan listrik dan kantor.
Dan baru pada tahun 1965 mulai mengalihkan usaha impor alat-alat berat dan barang-barang teknik untuk ikut menunjang kebutuhan pembangunan nasional. Dimulai dengan pemasok peralatan untuk proyek pembangunan waduk Jati Luhur dan dilanjutkan dengan mengimpor alat-alat berat dan generator tenaga listrik untuk PLN dan pada tahun 1968 mengimpor ratusan truk Chevrolet untuk kebutuhan Pemerintah, dan mengubah status perusahaan dari “ Export, Import & Merchandise” menjadi “Exporter, Importer & Authorized Distributor”.
Makin luasnya usaha tersebut dikarenakan ASTRA makin memperoleh kepercayaan dari para investor luar negeri untuk memasarkan produk-produknya di Indonesia antara lain: Toyota, Honda, Xerox, Komatsu, Daihatsu, Caltex. Dan sampai dekade 90-an bertambah lagi dibidang otomotif seperti: BMW, Peugeot, Isuzu dan Nissan. Kepercayaan dunia perbankan juga menumbuhkan bisnis ASTRA dibidang jasa Keuangan, Pertaniaan, Perkayuan, Industri ringan, Infrastruktur, Pendidikan, Yayasan dan Asuransi.
Divisi-divisi yang memasarkan produk Astra satu per satu memisahkan diri dan berkembang menjadi perusahaan yang juga mempunyai cabang di daerah. Dengan makin luasnya jaringan usaha Astra makin besar pula peranannya dalam pembangunan Indonesia, dan mempekerjakan lebih dari 30.000 orang tenaga kerja.
Secara keseluruhan sampai saat ini PT. ASTRA International terdiri dari enam Divisi antara lain: Divisi Kendaraan, Divisi Heavy Equipment, Divisi Property, Divisi Resources, Divisi Finance dan Divisi System.
a. Divisi Kendaraan
1. ASTRA MOTOR I
Usaha ini mengimpor, memproduksi dan menyalurkan model sepeda motor bermerk “Honda”, sedangkan yang ditunjuk oleh PT. Astra Internasional sebagai agen tunggal adalah PT. Federal Motor berdiri pada tahun 1970, kemudian pada tahun 2000 berubah menjadi PT. ASTRA Honda Motor.
2. ASTRA MOTOR II
PT. Toyota Astra Motor, berdiri pada tahun 1971 sebagai pemasok dan penyalur ekslusive terbesar untuk kendaraan dan komponen-komponen Toyota dan sebagai distributornya PT. Astra Internasional menunjuk
PT. Astra Motor Sales (Auto 2000).
Untuk produk unggulannya PT. TAM telah merancang dan membuat kendaraan yang cocok dengan kultur masyarakat Indonesia yaitu kendaraan niaga ”Kijang” . disamping itu PT. TAM juga telah mengembangkan kendaraan sedan bermerk “Soluna” yang berlokasi di Kawasan Industri KIIC- Karawang, Jawa Barat. Produk lainnya untuk kendaraan adalah sedan Starlet, Corona, Corolla, Crown dan Land Cruiser.
3. ASTRA MOTOR III
Divisi ini berfungsi mengimpor, memproduksi dan menyalurkan hingga pemeliharaan purna jual. Divisi ini menangani lima buah merk kendaraan antara lain: Daihatsu, BMW, Peugeot, Isuzu dan Nissan Diesel.
4. ASTRA MOTOR IV
Untuk mendukung pengembangan kendaraan bermotor, PT. Astra Internasional bermitra dengan Jepang dan mendirikan perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang komponen-komponen kendaraan bermotor salah satu contoh adalah Accu GS.
Sejarah Perkembangan ASTRA MOTOR III
Pada awalnya, divisi otomotif yang bernama PT Astra International Incorporated Motor Vehicle Division (PT AII-MVD), dibentuk pada tahun 1959, kendaraan yang pertama dipasarkan adalah “Toyota”. Untuk mendukung produksi kendaraan, maka didirikan PT Gaya Motor pada tahun 1969. Perusahaan ini merupakan perusahaan perakitan kendaraan bermotor sebagai anak perusahaan patungan dengan Pemerintah Indonesia.
Tahun 1973, Motor Vehicle Division mulai memasarkan merk lain yaitu “Daihatsu”, dan sekaligus berfungsi sebagai agen tunggalnya. Situasi pasar cenderung membaik sehingga memerlukan penanganan yang lebih terkonsentrasi untuk masing-masing merk.
Tahun 1976 “Toyota” memisahkan diri dari Motor Vehicle Division dan berdiri sendiri dengan nama PT Toyota Astra Motor sebagai Agen tunggal dan PT Astra Motor Sales (AUTO 2000) sebagai distributor. Dengan demikian Motor Vehicle Division hanya mengelola Daihatsu.
Keberhasilan PT AII-MVD menangani Daihatsu memberikan kepercayaan kepada manajemen dan pihak lain, pada tahun 1970 PT Multi France Motor yang menjadi agen tunggal kendaraan merk “Peugeot dan “Renault” bergabung dalam jajaran Motor Vehicle Division, tahun 1985 PT Tjahja Sakti Motor Corporation sebagai Agen Tunggal Pemegang Merk “BMW” juga menggabungkan diri. Pada tahun yang sama PT United Imer Motor menjadi Agen Tunggal Pemegang Merk “Nissan Diesel” juga ikut bergabung.
Dengan hadirnya empat merk kendaraan, berarti di dalam jajaran Motor Vehicle Division ada lima merk yang ditangani, yaitu: Daihatsu, Peugeot, Renault, BMW, dan Nissan Diesel, yang menjadikan Divisi ini semakin besar dan kompleks. Karena itu dalam kurun waktu tersebut, pada tahun 1989, PT. Daihatsu Engine Manufacturing Indonesia, memulai proses permesinan blok mesin dan memproduksi “Engine Alumunium”. Saat ini juga direncanakan untuk mengembangkan fasilitas permesinan. “Cylinder Head”, “Crank” dan “Camshaft” serta “Connecting rod” untuk menambah fasilitas yang telah ada. Pengepresan “Body” secara lengkap yang dikenal dengan teknologi “Body Tech” telah lebih dahulu dilakukan oleh PT Daihatsu Indonesia, sesuai dengan kebijakan pemerintah untuk penggunaan komponen lokal.
Dalam perkembangan selanjutnya, PT AII-MVD kembali dengan kegiatan utama sebagai distributor kendaraan, sedangkan perusahaan-perusahaan anggota kelompok berfungsi sebagai agen tunggal. Misalnya PT Nasional Astra Motor sebagai Agen tunggal tidak menjual produk kendaraan merk Daihatsu langsung ke konsumen, tetapi melalui PT. AII-MVD. Sementara itu, jumlah merk kendaraan yang dipasarkan bertambah dengan masuknya kendaraan merk FIAT yang dikelola PT. Federal Mobil pada tahun 1990.
Bisnis Otomotif terus berkembang dan makin mengarah pada suatu tujuan di masa yang akan datang bagi masing-masing kelompok merk kendaraan. Kelompok yang sering disebut dengan Daihatsu and Others ini semakin besar, sehingga muncul gagasan untuk membentuk suatu group identity yang merupakan kristalisasi dari sebuah kelompok usaha berbagai merk dan kelas kendaraan. Nama yang diusulkan harus relevan dengan bisnis otomotif yang meliputi produksi, penjualan dan layanan purna-jual kendaraan bermotor yang berkarakter multi brand. Pada tahun 1993 tampil nama “ ASTRA MOBIL “. Dan pada tahun 2000 tampil dengan nama “ ASTRA MOTOR III “ untuk Daihatsu, BMW, Peugeot, Nissan Diesel, Isuzu.
Dalam kegiatan operasional ternyata kebutuhan akan pengelolaan masing-masing merk kendaraan mulai dari pencanaan produksi, proses produksi, jaringan pemasaran dan pelayanan purna jual dalam satu manajemen yang dapat dilihat dalam gambar di bawah ini:
*) klik untuk memperbesar gambar
I. Grafik Perkembangan ASTRA MOTOR III
*) klik untuk memperbesar gambar
Mengutip ucapan pendiri PT. ASTRA International Bapak William Soeryadjaya, ” Berkat yang kami peroleh dari Tuhan bukan khusus untuk kami saja, tetapi kami mau jadikan berkat itu untuk semua orang, terutama dalam menciptakan lapangan kerja”. Dan secara umum ucapan tersebut dapat diambil maknanya untuk dijadikan sebagai cita-cita ASTRA yaitu :” Sejahtera Bersama Bangsa sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia menuju Masyarakat Adil dan makmur”.
Falsafah ASTRA
Cita-cita Astra mengacu pada cita-cita pendirinya kemudian diformulasikan dan disusun menjadi falsafah perusahaan yang terdiri dari 4 (empat) point dengan nama “Chatur Dharma”. Falsafah ini akan menjadi basic mentaly seluruh jajaran karyawan ASTRA.
Chatur Dharma ASTRA:
1. Menjadi milik yang berharga bagi bangsa dan negara
2. Memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan
3. Saling menghargai dan membina kerjasama
4. Berusaha mencapai yang terbaik
Motto ASTRA
“Per Aspera Ad Astra” yang berarti ‘Bekerja Keras untuk mencapai Bintang’
Semoga bermanfaat