Namanya mobil listrik, pasti menggunakan arus listrik sebagai
sumber tenaga. Alhasil, selain dinamo atau motor listrik sebagai
penggerak, sumbernya utamanya yakni aki atau baterai, harus dibuat
sebaik mungkin. Mirip dengan teknologi baterai handphone, aki mobil
listrik sekarang pun sudah pakai jenis lithium loh. Memang, apa bedanya
pakai aki basah yang sekarang banyak beredar?
"Aki basah punya sifat menyimpan memory loss.
Jadi, ketika dipakai sampai habis dan di-charge, kemampuan aki menyimpan
energi listrik semakin berkurang," terang Drs. Yannes Martinus
Pasaribu, dosen Desain Produk ITB yang merakit mobil listrik bernama
Jalak. Alhasil, beda dengan mobil motor bakar yang suplai listrik selalu
dipenuhi oleh alternator, maka mobil listrik hanya mengandalkan aki
sebagai sumber tenaganya.
Contoh Toyota Kijang Super milik LIPI
yang pernah dicoba OTOMOTIF, masih menggunakan aki basah sebagai sumber
tenaganya. Hal ini lebih dikarenakan harga aki jenis lithium yang lebih
mahal. "Harga untuk instasi pemerintah yang pasti lebih murah saja masih
berkisar Rp 3,6 juta untuk sebuah aki lithium baru.
Pasti akan jauh
lebih mahal ketika yang membeli pihak swasta dengan kuantitas sedikit,"
wanti Ir. Abdul Hapid, Ka.Bid. Peralatan Transportasi P2 Telimek LIPI
yang sudah mengembangkan 4 unit mobil listrik.
Nah, untuk memaksimalkan kinerjanya, belakangan aki jenis lithium yang
dipercaya, generasi terakhir yaitu berjenis Li-ion Fe yang punya
kemampuan menyimpan listrik lebih stabil. Sekarang, tinggal berapa
banyak aki yang mau digunakan, kembali lagi berapa kapasitas motor
listriknya.
Misalkan saja bus listrik bikinan LIPI yang butuh aki
berkemampuan 3,2 Volt dengan kapasitas 160 Ah sebanyak 100 buah untuk
sebuah motor listrik bertegangan 320 Volt. Atau justru e-Car kepunyaan
Dasep Ahmadi yang butuh 36 buah aki lithium berkekuatan 21kWh.
Contoh
lain, Jalak kepunyaan kampus ITB yang berukuran lebih mungil, cukup
menggunakan 8 buah aki 12 Volt dengan tegangan 100 Ah, untuk sebauh
motor listrik dengan daya 10 kW.
Terpenting justru sistem
charging-nya. Kali ini, giliran komputer yang bekerja. "Nanti, yang
mengatur BMS (Battery Management System), tinggal tergantung mau
seberapa lama proses charging-nya, komputer yang akan membatasi," tutur
Hapid lagi.
Jadi, misalkan rumah hanya punya daya 2.200 Watt dengan
sekring 10 Ampere. Tinggal diatur saja melalui modul kontrol unit, kalau
hanya ingin mengisi kembali aki tapi masih tetap ingin menggunakan
peralatan listrik untuk rumah tangga lainnya, atau listrik hanya fokus
dipakai untuk mengisi aki.
"Efeknya ke berapa lama waktu
pengisian aki nantinya," sambung pria asli Bugis ini. Efeknya, mau
dibuat fast charging pun tak masalah. Tapi awas meteran listrik turun
saja kalau sambil menyalakan AC.
Semoga bermanfaat
SUMBER
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pengunjung yang baik selalu meninggalkan komentar yang bermanfaat. Terima Kasih